Terdapat bukti yang cukup
positif saat CABE (Commission for Architecture and Built Environment)
mengumumkan hasil riset melalui telpon terhadap 500 perawat di London yang
dilakukan sejak 12-27 Agustus 2003, yang menyatakan bahwa para perawat tersebut
sangat menyadari bahwa desain Rumah Sakit dan lingkungannya berdampak langsung
terhadap kecepatan kesembuhan pasien (patients recovery rate) dan terutama pada
tingkat stress mereka. Hal lain yang juga diungkap dalam riset tersebut adalah
sebagai berikut:
91% Perawat dan 100%
Dokter yang disurvey percaya, bahwa lingkungan rumah sakit yang sudah didesain
dengan baik sangat berhubungan erat dengan tingkat kesembuhan pasien.
90% Perawat dan 91% Dokter
setuju bahwa bekerja di rumah sakit yang tidak didesain dengan baik, juga
memberikan kontribusi yang tinggi terhadap peningkatan tingkat stress pasien.
90% Dokter menyatakan
bahwa sikap pasien lebih baik terhadap staf medik jika berada pada ruangan yang
didesain dengan baik.
79% Perawat percaya bahwa
desain suatu rumah sakit berperanan penting pada perkembangan etos kerja
karyawan.
87% Perawat menyatakan
bahwa rumah sakit yang didesain dengan baik akan sangat membantu mereka dalam
menyelesaikan pekerjaan.
99% Perawat dan 100%
Dokter setuju bahwa mereka harus mengkonsultasikan kepada tenaga ahli yang
tepat dalam menyelesaikan pokok permasalahan desain.
Tetapi hanya 44% yang
menyatakan bahwa mereka tidak merasakan dampak apapun dari desain fisik
bangunan rumah sakit.
Hasil riset tersebut hanya
menegaskan saja penyataan Dr. Beverly Malone, Sekjen NRC (Royal College of
Nursing),
”Para perawat pasti merasakan
dampak desain lingkungan kerja mereka terhadap kinerja maupun terhadap
kesembuhan pasien. Berjalan menyusuri koridor panjang dan dan merawat pasien
setiap hari, dalam penghawaan bangunan yang buruk dan ruang rawat yang tidak
didesain dengan baik, sangat berakibat negatif terhadap upaya pelayanan
kesehatan yang profesional dan tidak kondusif bagi kesembuhan pasien.”
Pemrograman, sebagaimana
kita ketahui, merupakan tahapan kedua dari keseluruhan proses perencanaan
sebuah rumah sakit―tahapan pertama adalah studi kelayakan/feasibility study
(Rosenfeld, 1981). Dan program ruang, merupakan salah satu proses yang cukup
signifikan dari keseluruhan proses atau tahapan pemrograman. Sebagai seorang
perencana rumah sakit ― baik seorang arsitek, maupun manajer rumah sakit
(hospital administrator)― penguasaan operasional program ruang merupakan nilai
mutlak yang tidak dapat ditawar lagi. Hal ini untuk menghindarkan
ketidaksesuaian fungsi maupun besaran ruang yang kurang memenuhi kebutuhan
standar sebuah rumah sakit.
Dalam pemrograman dan
perencanaan sebuah rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan, kebanyakan
arsitek dan manajer rumah sakit menggunakan standar ini ditambah dengan
sirkulasi untuk menentukan luas riil rumah sakit dan menentukan biaya untuk
pengajuan sebuah proyek rumah sakit. Sehingga diharapkan produk perencanaan
rumah sakit nantinya —baik masih berupa Master Program maupun Master Plan, atau
bahkan ketika sudah memasuki tahap Design Development Plan― dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik maupun profesional dengan kualitas yang
optimal.
Sumber Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar