Di pusat kota lama Semarang, terdapat
sebuah gereja Protestan dibangun lama sebelum kedua gereja tersebut di atas
yaitu tahun (1778 – 1814). Direncanakan oleh dua arsitek Belanda, W. Westmaans
i.s.m dan H.P.A de Welde. Sepintas lalu kelihatan mirip dengan gereja
Immanuel Jakarta, tetapi apabila kita
amati lebih jauh maka keduanya berbeda cukup banyak.
Yang pertama mengenai lokasinya,
Gereja Protestan tidak terletak pada halaman luas seperti Gereja Immanuel
tetapi pada pusat kota lama yang padat tanpa halaman. Lantai dasar Gereja
Protestan Semarang hanya tiga trap tidak lebih dari 60 cm dari tanah. Sedangkan
Gereja Immanuel pada landasan cukup tinggi yang menambah kesan monumentalnya.
Unit utamanya tidak berbentuk rotunda, tetapi segi delapan, suatu bentuk yang
jarang digunakan untuk gereja. Gereja Protestan juga mempunyai pintu masuk dari
keemapt arah mata angin dalam hal ini setiap pintu masuk mempunyai porch atau konstruksi menempel bangunan utama
untuk peralihan luar-dalam. Yang di selatan sebagai pintu masuk utama, terbesar
berupa portico. Sedangka yang di Semarang lebih banyak mendapat pengaruh
Renaissance, Itali juga Romawi.
Kedua Gereja mempunyai kubah tetapi
Gereja Protestan Semarang jauh lebih cembung. Selain adanya kubah, persamaan
antara keduanya juga ada yaitu bentuk melingkar dari nave atau ruang umat di bawah kubah,
penempatan organ dan koor dan kolom-kolom Dorik dan Romawi Corinthian. Nave
hexagonal tersebut dikelilingi oleh nave arcade juga segi delapan. Kubah di
atas dan mengatapi nave sangat besar mendominasi bagian atas, bergaya
Byzantine.
Dalam Gereja Protestan Semarang
arsieknya menerapkan konsep koreksi perspektif dalam kecekungan plafon tidak
sama dengan bentuk kubahnya. Dengan demikian Karena letak kubah dari luar
diketinggian hanya dilihat dari jauh, akan memberikan kesan seoah-olah sama
dengan kecekungan plafon yang jarak pandangnya lebih dekat. Keempat pintu masuk
di utara, selatan, barat dan timur mempunyai kolom-kolom dan dekorasi
Corinthian,menyangga pediment Yunani. Aspek klasik lainnya digabung secara
eklektik pada Gereja Protestan yang karena kubahnya sangat besar sehingga
disebut Gereja Blenduk ini, dapat terlihat pada menara lonceng kembar, mengapit portico pintu masuk utama. Kedua menara
kembar tersebut juga beratap kubah tetapi jauh lebih kecil dari kubah utama.
Sumber Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar