Minggu, 15 Februari 2015

Karya Arsitektur Dalam Negeri (Gereja Protestan Semarang)



Di pusat kota lama Semarang, terdapat sebuah gereja Protestan dibangun lama sebelum kedua gereja tersebut di atas yaitu tahun (1778 – 1814). Direncanakan oleh dua arsitek Belanda, W. Westmaans i.s.m dan H.P.A de Welde. Sepintas lalu kelihatan mirip dengan gereja Immanuel  Jakarta, tetapi apabila kita amati lebih jauh maka keduanya berbeda cukup banyak.

Yang pertama mengenai lokasinya, Gereja Protestan tidak terletak pada halaman luas seperti Gereja Immanuel tetapi pada pusat kota lama yang padat tanpa halaman. Lantai dasar Gereja Protestan Semarang hanya tiga trap tidak lebih dari 60 cm dari tanah. Sedangkan Gereja Immanuel pada landasan cukup tinggi yang menambah kesan monumentalnya. Unit utamanya tidak berbentuk rotunda, tetapi segi delapan, suatu bentuk yang jarang digunakan untuk gereja. Gereja Protestan juga mempunyai pintu masuk dari keemapt arah mata angin dalam hal ini setiap pintu masuk mempunyai  porch atau konstruksi menempel bangunan utama untuk peralihan luar-dalam. Yang di selatan sebagai pintu masuk utama, terbesar berupa portico. Sedangka yang di Semarang lebih banyak mendapat pengaruh Renaissance, Itali juga Romawi.

Kedua Gereja mempunyai kubah tetapi Gereja Protestan Semarang jauh lebih cembung. Selain adanya kubah, persamaan antara keduanya juga ada yaitu bentuk melingkar dari  nave atau ruang umat di bawah kubah, penempatan organ dan koor dan kolom-kolom Dorik dan Romawi Corinthian. Nave hexagonal tersebut dikelilingi oleh nave arcade juga segi delapan. Kubah di atas dan mengatapi nave sangat besar mendominasi bagian atas, bergaya Byzantine.

Dalam Gereja Protestan Semarang arsieknya menerapkan konsep koreksi perspektif dalam kecekungan plafon tidak sama dengan bentuk kubahnya. Dengan demikian Karena letak kubah dari luar diketinggian hanya dilihat dari jauh, akan memberikan kesan seoah-olah sama dengan kecekungan plafon yang jarak pandangnya lebih dekat. Keempat pintu masuk di utara, selatan, barat dan timur mempunyai kolom-kolom dan dekorasi Corinthian,menyangga pediment Yunani. Aspek klasik lainnya digabung secara eklektik pada Gereja Protestan yang karena kubahnya sangat besar sehingga disebut Gereja Blenduk ini, dapat terlihat pada menara lonceng kembar, mengapit  portico pintu masuk utama. Kedua menara kembar tersebut juga beratap kubah tetapi jauh lebih kecil dari kubah utama.


Sumber Referensi :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar