Berbicara soal disiplin biasanya dikaitkan dengan pemenuhan aturan,
terutama sekali pemanfatan waktu. Seseorang kita sebut disiplin apabila
mengerjakan tugas dan pekerjaan yang diembannya dengan tepat pada waktunya.
Contoh lainnya, seseorang dikategorikan disiplin dalam berlalu-lintas apabila
dijalanan mematuhi segenap rambu-rambu lalulintas yang telah digariskan.
Islam mengajarkan bahwa menghargai waktu lebih utama sebagaimana firman
Allah SWT dalam Surah Al-Asr 103 ; ayat
1-3 yang artinya, “ Demi waktu, sesungguhnya, manusia berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling
menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”
Bahkan setiap hari kita diingatkan dengan apa yang disebut Shalat lima
waktu, Betapa waktu sangat tertata, itu semua dihadirkan oleh Allah SWT, salah
satunya adalah pengingat betapa ketepatan waktu dalam aktivitas adalah sesuatu
yang mutlak adanya.
Hidup yang tertib dan teratur sangat menentukan sukses atau tidaknya
seseorang dalam mengelola waktu secara disiplin. Oleh karena itu seorang muslim
yang baik seyogyanya memanfaatkan waktu secara optimal semata-mata untuk
beribadah kepada Allah SWT. Bukan kuantitas waktu itu yang jadi soal, melainkan
apa yang kita kerjakan pada waktu yang sama. Sebab, ada orang yang dalam
waktu24 jam mampu mengurus negara dan mengorkestrasi jutaan orang dalam satu
gerak dan nafas pembangunan.
Karena itu untuk menumbuhkan etos kedisiplinan dalam diri kita dibutuhkan
manajemen waktu agar kualitas diri kita dapat meningkat. Dan itu semua dapat
dilakukan sedemikian rupa serta mampu mengatur waktu yang 24 jam itu untuk
semua urusan. Biar cepat, efisien, dan selamat. Sudah lazim kita dengar pameo
mengatakan, “alon-alon asal kelakon.”
Barangkali d iera yang kompetitif seperti ini, pameo itu sudah terasa
usang. Terlalu statis. Pameo itu dapat
kita dinamisasikanlagi. Kalau bisa cepatdan efisien, mengapa harus dibuat
lambat. Fiman Allah SWT dalam surah 94:ayat 7 yang artinya, “Maka apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras(untuk urusan
yang lain).”
Jika saja kita benar-benar hidup berdisiplin, maka jalan usaha dan kerja
sebagai perwujudan beribadah kepada Allah akan selalu mendapat keridhaan serta
kemudahan dari pada-Nya. Bukan oleh orang lain, akan tetapi hasil usaha kita
sendiri. “ora et labora” bekerja dan
berdo’a yang harus kita gaungkan. Apabila kita ingin meraih sukses bangun dari
tidurmu, lebih dulu dari ayam berkokok pada pagi hari. Maka marilah kita mulai
dari sekarang dan dari diri sendiri. Kalau belum bisa sekaligus, marilah kita
biasakan sedikit demi sedikit, dicicil, tapi rutin.
Itu tentu akan lebih baik ketimbang melakukan semua usaha kedisiplinan
akan tetapi hanya sesaat setelah itu kembali hidup seperti semula. Bekerja
dengan tergesa-gesa tidak lebih baik dari bekerja secara terprogram secara
sistematik dapat membuahkan hasil yang lebih baik pula.
Sumber
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar